Mengambil Pelajaran dari Ayat-Ayat Allah
Mengambil Pelajaran dari Ayat-Ayat Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 28 Muharram 1447 H / 24 Juli 2025 M.
Kajian Islam Tentang Mengambil Pelajaran dari Ayat-Ayat Allah
Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang mampu mengambil manfaat dari pelajaran yang diturunkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Ini adalah) sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar mereka mentadaburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Shad [38]: 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa fungsi utama Al-Qur’an adalah untuk ditadabburi, direnungi kandungan maknanya, sehingga menumbuhkan keimanan, meningkatkan ketakwaan, memperkuat rasa cinta, rasa takut, dan pengharapan kepada Allah—yang merupakan tiang utama penopang keimanan.
Dalam pembahasan kali ini, dijelaskan makna firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam Surah Al-Furqan ayat ke-73. Surat ini menjelaskan salah satu sifat hamba-hamba Allah yang bertakwa, yang disebut sebagai ‘Ibadur-Rahman.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
“(Hamba-hamba yang beriman, mereka adalah) orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidak bersikap terhadapnya seperti orang yang tuli dan buta.” (QS. Al-Furqan [25]: 73)
Mereka tidak duduk diam saat ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan, tidak bersikap seolah-olah tuli dan buta. Mereka tidak bersikap acuh terhadap nasihat tersebut, tidak mengabaikan kebesaran dan keagungan Allah yang tercermin dalam ayat-ayat-Nya.
Ini adalah sifat hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang. Mereka dipuji karena ketaatan, kekuatan iman, dan kesempurnaan takwa kepada Allah. Ayat ini menunjukkan ciri utama orang yang beriman, yaitu ketika ayat Al-Qur’an dibacakan atau mereka membacanya sendiri, mereka menyimak dan tunduk terhadap nasihat dalam ayat-ayat tersebut. Mereka menyaksikan keagungan dan kekuasaan Allah serta memperhatikannya untuk mengambil pelajaran dari ayat-ayat itu.
Beberapa penjelasan dari para ulama salaf mengenai ayat ini sangat menarik. Di antaranya, Imam Muqatil rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidak bersikap terhadapnya seperti orang tuli dan buta, tetapi mereka mendengarkan, memperhatikan, dan beriman terhadapnya.”
Ayat ini menggunakan kata “pendengaran” dan “penglihatan” karena keduanya merupakan saluran utama masuknya peringatan dan nasihat ke dalam diri manusia sebelum sampai ke hati.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala menyebutkan tiga anggota tubuh penting ini dalam firman-Nya:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra [17]: 36)
Tempat masuknya ilmu, nasihat, dan peringatan adalah pendengaran dan penglihatan, kemudian diterima oleh hati. Oleh karena itu, orang-orang beriman yang benar-benar takut kepada Allah, ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, langsung terarah pendengaran mereka untuk menyimaknya, dan terbuka penglihatan mereka untuk menyaksikan keagungan dan kebesaran Allah melalui ayat-ayat yang disampaikan kepada mereka.
Mereka pun mendengarkan, menyaksikan, meyakini, dan menerima nasihat tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal [8]: 2)
Mereka menyimak dengan sungguh-sungguh, memperhatikan dengan serius, sehingga bertambah keimanannya. Mereka berserah diri dan menyandarkan hati hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala semata. Itulah sifat sejati orang-orang yang beriman.
Dari sinilah kita mengambil pelajaran. Ketika Al-Qur’an dibacakan, tidak pantas seseorang melanjutkan obrolan atau membicarakan hal lain, serta tidak memperhatikan ayat yang sedang dibacakan di hadapannya. Allah Subhanahu wa Ta‘ala memerintahkan:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A‘raf [7]: 204)
Jadi, apabila kita ingin mendengarkan bacaan Al-Qur’an, atau ada yang sedang membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapan kita, hendaknya kita diam, mendengarkan, dan mengambil pelajaran darinya.
Jika masih ingin berbicara atau mengobrol, matikanlah terlebih dahulu bacaan tersebut. Misalnya, jika sedang memutar rekaman murattal, sebaiknya dimatikan agar kita tidak termasuk ke dalam golongan yang diancam karena ketika Al-Qur’an diperdengarkan, kita tidak mendengarkannya dan tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Kita khawatir hal itu termasuk dalam sifat orang-orang yang tercela, golongan yang buruk. Na‘udzubillahi min dzalik.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55358-mengambil-pelajaran-dari-ayat-ayat-allah/